close
close

BREAKING NEWS WIL4BANTEN


Minggu, 16 November 2014

RENUNGAN HARIAN

   
Petunjuk Penggunaan Renungan :

  1. Berdoalah sebelum mulai membaca Firman Tuhan dan persekutuan pribadi dengan Tuhan supaya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kita.
  2. Bacalah ayat-ayat Firman Tuhan yang disarankan sebelum membaca ulasan Firman Tuhan.
  3. Renungkan bacaan dan ulasan Firman Tuhan yang telah dibaca, kemudian segera refleksikan dalam kehidupan pribadi Saudara.
  4. Mintalah pertolongan Roh Kudus supaya memberi kesanggupan kepada Saudara untuk melakukan Firman Tuhan dan keputusan Saudara hari ini.
  5. Berdoalah dan mengucap syukurlah atas berkat dari Renungan Firman Tuhan yang telah Saudara dapatkan.


MERUBAH SIFAT DUNIAWI

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma  12:2

Pernahkah Anda melihat Koala? Koala adalah binatang khas Australia. Lucu dan cukup jinak. Tetapi Koala justru dikenal sebagai binatang termalas di dunia. Bayangkan dalam sehari ia bisa tidur 22 jam. Itu artinya ia hanya beraktivitas sehari 2 jam saja! Kalaupun ia mau makan, ia hanya mencari makanan yang dapat dijumpai di dekatnya saja. Alias ia hanya perlu menggeser sedikit saja tubuhnya. Dapatkah sifat pemalas Koala berubah? Tentu saja tidak. Sebab binatang hanya bertindak berdasarkan naluri atau insting. Naluri adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik).
Berbeda dengan manusia. Kita bertindak tidak hanya berdasarkan naluri saja tetapi juga pemahaman. Bila manusia diberi pemahaman dan ia mengerti, maka pasti ia berubah. Misalnya: melihat seringnya terjadi kecelakaan di kilometer 90 hingga 100 pada tol Cipularang, maka bila melintasi kilometer tersebut pasti kita mengurangi kecepatan kendaraan. Secara sederhana inilah yang disebut dengan pembaharuan budi.
Allah mau agar kita meninggalkan sifat-sifat duniawi kita atau dalam bahasa Alkitab keinginan daging. Sebab sifat duniawi itu akan mendatangkan maut. Tentu kita semua sudah paham dan ingin tinggalkan sifat duniawi, tetapi seringkali kita kalah terhadap keinginan daging. Maka sebaiknyalah pada pembaharuan budi ditambahkan disiplin. Dengan berdisiplin melatih diri melakukan kebenaran kelak akan dihasilkan sebuah perubahan karakter yang permanen. Soal gagal sekali, dua kali atau bahkan beberapa kali, itu bukan masalah. Asal bangkit lagi dan terus berusaha lakukan yang benar. Inilah yang dikehendaki Allah.
Kita bukanlah Koala yang tidak mungkin bisa berubah. Kita adalah manusia yang dilengkapi Allah dengan akal budi. Setelah tahu kebenaran, berubahlah dimulai dari pembaharuan budi dengan berdisiplin mengerjakan kebenaran setiap saat.

Doa: Tuhan Yesus, oleh kekuatan Roh-Mu aku akan berdisiplin melakukan kebenaran sampai aku berubah menjadi seperti Engkau. Amin.


ERA SENTUH

Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Mazmur  62:2

Akhir zaman ini ditandai dengan dimulainya era teknologi layar sentuh (touch screen). Keberadaan perangkat multi sentuh ini menandai bahwa di masa yang akan datang manusia tidak lagi membutuhkan papan ketik. Dengan GPS (global positioning system) orang Inggris bisa mencari anjing mereka yang hilang dengan mudah karena chip yang ditanam di bawah kulit anjing piaraannya. Begitu pula dengan cabang iptek lainnya, di mana manusia menciptakan bubuk ajaib yang menghebohkan dunia dan sempat ditayangkan dalam Oprah Winfrey Show. Bubuk yang ada bawaan DNA manusia, memungkinkan orang bisa membuat saluran kemih baru yang rusak karena cacat bawaan sejak lahir atau menumbuhkan jaringan tubuh lainnya karena luka parah akibat tembakan atau kecelakaan fatal. Bahkan upaya para ahli biotech untuk menciptakan cairan pengganti darah sehingga tidak lagi membutuhkan donor darah, khususnya bagi tentara Amerika yang terluka di medan perang.
Belum lama ini para ahli ortopedi Jepang menciptakan alat jejak sensor saraf portable sehingga para lansia dan mereka yang cacat atau lumpuh akibat kecelakaan dan penyakit saraf akut bisa berjalan dan beraktifitas seperti sedia kala. Model alat ini lebih praktis dan ekonomis karena tidak memerlukan proses pembedahan dibandingkan dengan penemuan di Amerika yang membenamkan alat ini dalam tubuh manusia. Inovasi perangkat keras dan lunak membuat sistem dunia menuju pada pemusatan satu kendali (globalisasi).
Masa ini adalah masa keemasan umat manusia sejak peristiwa salib Yesus dan merupakan era digital yang sudah dilihat Nabi Daniel ribuan tahun lalu (Dan.12:4). Namun demikian manusia tidak akan pernah mendapat ketenangan karena fenomena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alkitab menulis, Daud mendapat ketenangan saat dekat dengan Allah, dan orang yang melekat dengan Dia akan bersatu dengan Allah dalam iman dan tindakan. Sehingga di kala masa kesesakan dia akan tahu ke mana kakinya melangkah. Dunia boleh berubah ke arah digitalisasi era sentuh, tapi jika kita tidak bisa menyentuh hati Allah dengan doa dan penyembahan kita, apalah artinya ibadah kita selama ini? Jika tinggal di dalam Dia, maka tidak ada satupun yang bisa memisahkan kita dari Kasih Allah (Rom.8:35,39). Mari pergunakanlah waktu ini untuk bersatu dengan Allah. Maz. 145:18 TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.


MENGENAL HATI BAPA

“..Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Lukas  15:20

“Saya tidak pantas ke gereja, bahkan tidak pantas berdoa. Dosa-dosa saya sudah terlalu berat..semua sudah terlambat..” kata seseorang pada suatu kali. Ia merasa sudah terlalu compang camping dan tidak layak untuk bisa menerima anugerah keselamatan dan kasih Allah sama sekali. Saya mengingatkannya agar tidak berpikir seperti itu. Ia harus berhati-hati karena dalam pola pemikiran seperti itu iblis akan berpesta pora membuatnya terus tertuduh semakin parah. Itu adalah salah satu kesukaan iblis dalam menjatuhkan kita sekaligus menjauhkan kita dari Tuhan. Orang ini hanyalah satu dari sekian banyak yang sudah pernah saya temukan, yang berpikir sama seperti itu. Ada banyak orang yang menganggap Tuhan sebagai Sosok yang kejam, yang tidak akan segan-segan menghukum kita habis-habisan. Dalam hal tertentu Tuhan memang akan menghukum manusia yang tidak juga bertobat hingga kesempatannya habis. Tapi apakah Tuhan senang dengan itu? Apakah Dia tertawa melihat kita disiksa di dalam api belerang neraka? Sama sekali tidak. Tuhan akan sangat sedih jika itu yang terjadi. HatiNya akan menangis perih. Dia sudah merelakan Yesus untuk turun ke dunia menyelamatkan kita, dan jika kita masih saja berakhir di ujung yang seburuk itu, maka semua pengorbanan Tuhan akan menjadi sia-sia. Hati Bapa adalah hati yang lembut yang mengasihi kita dengan begitu besarnya. Kita yang berlumur dosa seringkali merasa diri kita compang camping, jijik dan kotor, bagaikan gelandangan yang merasa tidak layak masuk ke dalam sebuah restoran mewah. Pernahkan anda melihat gelandangan yang diusir keluar agar para tamu yang makan tidak terganggu di dalam? Itu pemandangan yang biasa kita lihat jika kita masuk ke dalam tempat mewah. Tendensi kebanyakan manusia adalah cenderung menghakimi sesamanya. Betapa mudahnya melihat dosa pada diri orang lain sementara untuk menyadari dosa sendiri sulitnya bukan main. Bahkan Yesus pun pernah menegur sikap seperti ini. “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3). Di sisi lain, kita sering merasa terlalu buruk dan tidak layak sama sekali untuk menerima anugerah kasih Tuhan yang luar biasa besarnya itu. Tapi apakah reaksi Allah sama seperti reaksi sebagian orang-orang tersebut? Apakah Tuhan memilih untuk menjauhi kita? Tidak, sama sekali tidak. Justru sebaliknya, Tuhan memilih untuk mendekati kita, bahkan berlari untuk merangkul dan mencium kita. Dari mana saya bisa yakin seperti itu? Kita bisa melihatnya dengan jelas tertulis di dalam Alkitab, yaitu lewat kisah anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Kita sudah tahu bagaimana sikap si anak durhaka itu yang sungguh keterlaluan. Ia meminta hak warisannya selagi ayahnya masih hidup lalu hidup berfoya-foya. Ia memilih meninggalkan ayahnya dan mengejar segala kenikmatan yang ditawarkan dunia. Apa yang terjadi kemudian adalah kehancuran. Dan ia pun menyesal dan memutuskan kembali kepada bapanya, apapun resiko yang harus ia hadapi. Itu ringkasan awal dari perumpamaan yang sangat terkenal ini. Tapi apa yang ingin saya sampaikan hari ini adalah dari sisi sang bapa. Apa yang terjadi selama si anak itu pergi meninggalkan dirinya? Apa yang ia lakukan dan bagaimana reaksinya ketika melihat anaknya kembali? “..Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” (Lukas 15:20). Mari kita lihat baik-baik ayat ini. “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya.” itu bagian pertama. Jika sang ayah sudah melihat si anak ketika ia masih jauh, tentu itu artinya ia terus menanti dengan memandang jauh ke depan. Saya membayangkan sosok sang bapa yang sedih hatinya terus menanti di depan jendela, melihat sejauh matanya bisa memandang, berharap pada suatu ketika sosok anaknya akan muncul jauh di ujung sana. Jika ia tidak menanti secara khusus seperti itu, tentu ia tidak akan melihat anaknya sejak masih jauh. Penantian yang sudah ia lakukan justru ketika anaknya belum bertobat, bahkan melewati hari-hari yang panjang dengan penantian itu ketika si anak masih terus berlumur dosa. Bapa itu dengan penuh harap merindukan kepulangannya. Ia tidak membenci anaknya, ia penuh pengampunan. Saya yakin anaknya selalu berada dalam pikiran dan hatinya, dan ia terus mengasihi anaknya meski perbuatan si anak sungguh memilukan hatinya. Jika anda tengah menanti sesuatu yang anda tidak tahu kapan datangnya, apa perasaan anda ketika apa yang anda tunggu itu akhirnya hadir? Bersukacita? Excited? Melonjak kegirangan? Bergegas lari menyongsongnya? Itulah yang dilakukan Tuhan pula. “lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Lihatlah bagaimana besarnya sukacita Tuhan. Bukannya menolak kedatangan anaknya yang sudah begitu berdosa, bukannya mengusir atau memusuhi, memberi hukuman dan sebagainya, tetapi dikatakan berlari mendapatkan sang anak, lalu langsung merangkul dan mencium. Dia tidak menanti dengan berdiam di tempat, tetapi langsung berlari mendapatkan anak yang hilang. Seperti itulah bentuk hati Bapa. KasihNya yang begitu besar mendorongNya untuk berlari ke arah sang anak, langsung memeluk dan mencium, bukan memukul, menampar atau menghukum. Bukan menghapuskan hak sebagai anak, mengusir, tetapi menerima kembali dengan penuh sukacita. Hanya memeluk dan mencium? Tidak. “Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.” (ay 22-23). Sebuah pesta besar pun segera Dia siapkan menyambut kembalinya kita. Apapun dosa yang pernah kita lakukan, seberapa besarpun itu, Tuhan akan menyambut kita seperti ini, tepat seperti bapa yang menyambut anaknya yang hilang dalam perumpamaan ini. Bentuk hati seperti itulah yang dimiliki Tuhan terhadap setiap orang yang terhilang. Itulah bentuk hatinya selagi kita masih bergelimang kesesatan dalam dunia ini. Dia tidak pernah ingin kita terus tersesat. Dia tetap mengasihi kita semua bahkan ketika kita masih terus berlumuran dosa. Satu bukti nyata betapa besarnya kasih Allah terhadap kita orang berdosa ini adalah dengan hadirnya Yesus agar kita semua tidak binasa melainkan layak untuk beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16). Tuhan membenci dosa, tapi Dia tidak membenci orang berdosa. Dia terus berharap agar setiap orang yang tersesat bisa kembali ke jalanNya. Dia rindu melihat kita semua berbalik dari jalan-jalan yang salah untuk kembali kepangkuanNya.Dia rindu untuk menyambut kepulangan kita. Dalam Mazmur Daud pun hal ini dengan jelas dinyatakan. “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” (Mazmur 103:13). Hati Bapa yang penuh kasih dan penuh pengampunan seperti inilah yang mewarnai sikap Tuhan kepada kita semua. Bukankah ini luar biasa? Tuhan mengatakan bahwa Dia siap untuk membuang dosa kita sejauh timur dari barat (ay 12), melemparkannya jauh ke dalam tubir laut (Mikha 7:9), tidak lagi mengingat-ingat dosa kita (Yesaya 43:25) bahkan dikatakan siap untuk dibenarkan oleh Allah melalui Kristus. (2 Korintus 5:21). Bukan sekedar dipulihkan, diampuni, tapi malah dibenarkan. Hati Bapa adalah hati yang penuh belas kasih. Dia merindukan kita yang terlanjur hilang, dan berharap kita akan kembali kepadaNya. Itulah yang akan menyukacitakan hatiNya lebih dari apapun. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat selagi kesempatan untuk itu masih ada. Hati Bapa adalah hati yang penuh belas kasih dan akan segera merangkul menyambut kita. sebuah pertobatan pribadi yang sungguh-sungguh akan disambut Allah dengan penuh sukacita bersama seisi surga. Disamping itu, ingat pula bahwa ada banyak orang yang sangat membutuhkan Bapa yang penuh kasih. Jangan sampai kita mengabaikan mereka. Alangkah bahagianya jika lebih banyak lagi orang yang akhirnya menemukan jalan menuju Bapa, disambut dengan berlari dan rangkulan penuh sukacita olehNya sendiri, dimana malaikat dan seisi Surga pun akan turut menyambut dengan bersorak sorai. Dan kita bisa berperan di dalamnya untuk mengantarkan mereka pulang menuju sambutan meriah dari Surga. Jangan berpikir bahwa anda sudah terlambat untuk bertobat, dan jangan abaikan mereka yang masih hilang. Ketahuilah seperti apa isi hati Bapa dan rasakan bersama-sama kehangatan sambutanNya yang begitu lembut dan penuh kasih. Tuhan berlari menyambut kepulangan anak-anakNya dengan rangkulan, ciuman dan pesta besar.


MASUK LUBANG

“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Yesaya  59:1-2

Jika anda selalu melalui jalan yang sama setiap hari berkali-kali, anda tentu sudah hafal dengan situasi jalan tersebut. Secara normal anda pasti sudah mengetahui medan atau kondisinya. Kemana harus menghindar jika ada lubang misalnya, itu sudah secara insting anda lakukan tanpa harus dipikir lagi. Seorang teman saya baru saja bercerita bahwa ia harus mengeluarkan biaya yang cukup besar karena harus memperbaiki kaki-kaki mobilnya yang rusak akibat terbanting di lubang. Ia bercerita bahwa itu terjadi pada waktu hujan lebat. Karet wiper mobilnya tidak berfungsi baik karena sudah tua. Ia mengira bahwa itu tidak terlalu masalah karena toh ia hafal jalan menuju rumahnya dari kantor. Ternyata perkiraannya tidak sepenuhnya benar. Dalam kecepatan mobil yang cukup laju ia terperosok ke dalam lubang yang membesar akibat gerusan air hujan. Akibatnya mobilnya pun mengalami kerusakan di bagian bawahnya. Gangguan air hujan yang membasahi kaca mobil membuatnya tidak bisa melihat dengan baik, dan akibatnya ia pun harus tertimpa masalah. Seperti itu pula hidup kita. Lewat ilustrasi ini kita diingatkan tentang apa yang bisa terjadi jika pandangan kita terhalang sesuatu dalam melangkah. Banyak orang yang kecewa kepada Tuhan karena menganggap Tuhan tidak mendengar doa mereka atau tidak menjawab permintaan mereka di saat mereka sedang tertimpa masalah. Memang terkadang masalah waktu kita dengan waktunya Tuhan itu berbeda. Firman Tuhan berkata “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:9). Jarak yang terbentang antara bumi dan langit menunjukkan keterbatasan kita dalam mengetahui rencana Tuhan dalam hidup kita. Waktu yang kita anggap terbaik belum tentu yang terbaik di mata Tuhan. Sementara kita harus sadar bahwa Tuhanlah yang tentu paling tahu mengenai apa yang terbaik bagi manusia ciptaanNya. Dan apa yang dibuat Tuhan itu adalah segala sesuatu yang indah pada waktunya seperti yang tertulis dalam Pengkotbah 3:11. Itu benar. Tetapi ada satu hal yang juga harus kita waspadai, dan kita pastikan tidak sedang berkuasa atas diri kita. Itu adalah DOSA. Dosa yang terus ada dalam diri kita sesungguhnya bisa membuat hubungan kita terhalang dengan Tuhan. Dan jika itu terjadi maka kita bisa terbentur pada banyak masalah, karena dosa menghalangi atau menyekat sambungan antara kita dengan Tuhan. Kita harus memastikan benar bahwa tidak ada kejahatan dalam diri kita, tidak ada dosa yang kita sembunyikan lagi dalam diri kita. Dosa itu bisa merintangi hubungan antara kita dengan Tuhan, sehingga Dia tidak mendengar dan menjawab doa-doa kita. Dalam kitab Yesaya itu jelas tertulis. “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.“ (Yesaya 59:1-2). Tuhan tidak pernah terlalu sibuk atau tidak mampu menyelamatkan kita. Dia tidak pernah tidak peduli atau tuli. Tetapi sesungguhnya jurang pemisah yang memutus hubungan kita bisa timbul dari kejahatan atau dosa-dosa yang masih belum kita bereskan. Jangan pernah berpikir bahwa kita bisa menyembunyikan dosa-dosa kita, karena biar serapi apapun kita menyimpannya, Tuhan akan selalu mengetahuinya dan hal tersebut bisa menjadi penghalang bagi kita untuk menerima berkat dan keselamatan dari Tuhan. Salomo berkata: “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan Tuhan, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.” (Amsal 28:13-14).Oleh karena itu kita harus segera membereskan dosa-dosa kita, mengakuinya dan bertobat sungguh-sungguh, lalu bertekad tidak mengulanginya lagi. Tuhan Yesus mengingatkan hal yang sama pula. Mari kita lihat Yohanes 5 mengenai kisah Yesus ketika mengunjungi kolam yang disebut Betesda dan menyembuhkan orang yang sudah tiga puluh delapan tahun menderita penyakit. Setelah orang itu disembuhkan, Yesus berpesan padanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” (Yohanes 5:14). Dosa seperti apapun, baik besar atau kecil haruslah segera diselesaikan, diakui sehingga tidak menjadi penghalang antara kita dengan Tuhan. Seperti halnya kejadian mobil terjerumus ke dalam lubang yang dialami oleh teman saya hari ini, dosa yang ada dalam diri kita bisa menghalangi pandangan kita, sehingga kita menjadi sulit melihat sesuai firman Tuhan dan akhirnya menjadi celaka. Ia sudah mengetahui betul kondisi jalan menuju rumah, tetapi ketika pandangannya terhalang maka ia pun mengalami musibah. Seperti itu pula kita, yang mungkin sudah mengenal Tuhan, mengenal pribadiNya, namun dosa bisa menghalangi dan menjauhkan kita dariNya dan akhirnya mencelakakan kita. Jangan beri toleransi pada dosa sekecil apapun, karena baik besar atau kecil tetaplah dosa yang bisa menjadi penghalang. Dalam Galatia dikatakan: “Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.” (Galatia 5:9). Karena itu, ingatlah selalu pesan Yesus: “Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.”(Matius 12:35) Singkirkan segera dosa-dosa yang menghalangi kita dengan Tuhan, sehingga kita jangan sampai terjerumus masuk lubang melainkan bisa selamat dalam perjalanan hidup kita. Keterbukaan dalam pertobatan adalah awal pemulihan

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar